Minggu, 18 Juli 2010

14 ALASAN MERINDUKAN RAMADHAN

Seperti seorang kekasih, selalu diharap-harap kedatangannya. Rasanya tak ingin berpisah sekalipun cuma sedetik. Begitulah Ramadhan seperti digambarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah, “Andaikan tiap hamba mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus.” Sesungguhnya, ada apanya di dalam Ramadhan itu, ikutilah berikut ini:

1. Gelar taqwa
Taqwa adalah gelar tertinggi yang dapat diraih manusia sebagai hamba Allah.
Tidak ada gelar yang lebih mulia dan tinggi dari itu. Maka setiap hamba yang telah mampu meraih gelar taqwa, ia dijamin hidupnya di surga dan diberi kemudahan-kemudahan di dunia. Dan puasa adalah sarana untuk mendapatkan gelar taqwa itu.
“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah: 183)
Kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah kepada hambanya yang taqwa, antara lain:

a. Jalan keluar dari semua masalah
Kemampuan manusia amat terbatas, sementara persoalan yang dihadapi begitu banyak. Mulai dari masalah dirinya, anak, istri, saudara, orang tua, kantor dan sebagainya. Tapi bila orang itu taqwa, Allah akan menunjukkan jalan berbagai persoalan itu. Bagi Allah tidak ada yang sulit, karena Dialah
pemilik kehidupan ini.

“..Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. Ath Thalaaq: 2)
“..Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath Thalaaq: 4)

b. Dicukupi kebutuhannya
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. …”(QS. Ath Thalaaq: 3)

c. Ketenangan jiwa, tidak khawatir dan sedih hati
Bagaimana bisa bersedih hati, bila di dalam dadanya tersimpan Allah. Ia telah menggantungkan segala hidupnya kepada Pemilik kehidupan itu sendiri. Maka orang yang selalu mengingat-ingat Allah, ia bakal memperoleh ketenangan.

“Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-KU, maka barangsiapa bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. al-A’raaf: 35)

2. Bulan pengampunan
Tidak ada manusia tanpa dosa, sebaik apapun dia. Sebaik-baik manusia bukanlah yang tanpa dosa, sebab itu tidak mungkin. Manusia yang baik adalah yang paling sedikit dosanya, lalu bertobat dan berjanji tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Karena dosa manusia itu setumpuk, maka Allah telah menyediakan alat penghapus yang canggih. Itulah puasa pada bulan Ramadhan.Beberapa hadis menyatakan demikian, salah satunya diriwayatkan Bukhari Muslim dan Abu Dawud, “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanannya dan karena mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni.”

3. Pahalanya dilipatgandakan
Tidak hanya pengampunan dosa, Allah juga telah menyediakan bonus pahala berlipat-lipat kepada siapapun yang berbuat baik pada bulan mulia ini. Rasulullah bersabda, “Setiap amal anak keturunan Adam dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan sepuluh lipat gandanya hingga tujuh ratus lipat gandanya.”
(HR. Bukhari Muslim).
Bahkan amalan-amalan sunnah yang dikerjakan pada Ramadhan, pahalanya dianggap sama dengan mengerjakan amalan wajib (HR. Bahaiqi dan Ibnu Khuzaimah). Maka perbanyaklah amal dan ibadah, mumpung Allah menggelar obral pahala.

4. Pintu surga dibuka dan neraka ditutup
“Kalau datang bulan Ramadhan terbuka pintu surga, tertutup pintu neraka, dan setan-setan terbelenggu. “(HR Muslim) Kenapa pintu surga terbuka? Karena sedikit saja amal perbuatan yang dilakukan, bisa mengantar seseorang ke surga. Boleh diibaratkan, bulan puasa itu bulan obral. Orang yang tidak membeli akan merugi. Amal sedikit saja dilipatgandakan ganjarannya sedemikian banyak. Obral ganjaran itu untuk mendorong orang melakukan amal-amal kebaikan di bulan Ramadhan. Dengan demikian otomatis pintu neraka tertutup dan tidak ada lagi kesempatan buat setan menggoda manusia.

5. Ibadah istimewa
Keistimewaan puasa ini dikatakan Allah lewat hadis qudsinya, “Setiap amalan anak Adam itu untuk dirinya, kecuali puasa. Itu milik-Ku dan Aku yang membalasnya karena ia (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” (HR Bukhari Muslim) Menurut Quraish Shihab, ahli tafsir kondang dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, puasa dikatakan untuk Allah dalam arti untuk meneladani sifat-sifat Allah. Itulah subtansi puasa.

Misalnya, dalam bidang jasmani, kita tahu Tuhan tidak beristri. Jadi ketika berpuasa dia tidak boleh melakukan hubungan seks. Allah tidak makan, tapi memberi makan. Itu diteladani, maka ketika berpuasa kita tidak makan, tapi kita memberi makan. Kita dianjurkan untuk mengajak orang berbuka puasa. Ini tahap dasar meneladani Allah.

Masih ada tahap lain yang lebih tinggi dari sekedar itu. Maha Pemurah adalah salah satu sifat Tuhan yang seharusnya juga kita teladani. Maka dalam berpuasa, kita dianjurkan banyak bersedekah dan berbuat kebaikan. Tuhan Maha Mengetahui. Maka dalam berpuasa, kita harus banyak belajar. Belajar bisa lewat membaca al-Qur’an, membaca kitab-kitab yang bermanfaat, meningkatkan pengetahuan ilmiah.

Allah swt setiap saat sibuk mengurus makhluk-Nya. Dia bukan hanya mengurus manusia. Dia juga mengurus binatang. Dia mengurus semut. Dia mengurus rumput-rumput yang bergoyang. Manusia yang berpuasa meneladani Tuhan dalam sifat-sifat ini, sehingga dia harus selalu dalam kesibukan.

Perlu ditekankan meneladani Tuhan itu sesuai dengan kemampuan kita sebagai manusia. Kita tidak mampu untuk tidak tidur sepanjang malam, tidurlah secukupnya. Kita tidak mampu untuk terus-menerus tidak makan dan tidak minum. Kalau begitu, tidak makan dan tidak minum cukup sejak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari saja.

6. Dicintai Allah
Nah, sesesorang yang meneladani Allah sehingga dia dekat kepada-Nya. Bila sudah dekat, minta apa saja akan mudah dikabulkan. Bila Allah telah mencintai hambanya, dilukiskan dalam satu hadis Qudsi, “Kalau Aku telah mencintai seseorang, Aku menjadi pendengaran untuk telinganya, menjadi penglihatan untuk matanya, menjadi pegangan untuk tangannya, menjadi langkah untuk kakinya.” (HR Bukhari)

7. Do’a dikabulkan
“Dan apabila hamba-hamba- Ku bertanya kepadamu tentang Aku, katakanlah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang berdo’a apabila dia berdo’a, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku. ” (QS. al-Baqarah: 186)
Memperhatikan redaksi kalimat ayat di atas, berarti ada orang berdo’a tapi sebenarnya tidak berdo’a. Yaitu do’anya orang-orang yang tidak memenuhi syarat. Apa syaratnya? “maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku. ”

Benar, berdo’a pada Ramadhan punya tempat khusus, seperti dikatakan Nabi saw, “Tiga do’a yang tidak ditolak; orang berpuasa hingga berbuka puasa, pemimpin yang adil dan do’anya orang teraniaya. Allah mengangkat do’anya ke awan dan membukakan pintu-pintu langit. ‘Demi kebesaranKu, engkau pasti Aku tolong meski tidak sekarang.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Namun harus diingat bahwa segala makanan yang kita makan, kesucian pakaian, kesucian tempat, itu punya hubungan yang erat dengan pengabulan do’a. Nabi pernah bersabda, ada seorang yang sudah kumuh pakaiannya, kusut rambutnya berdo’a kepada Tuhan. Sebenarnya keadaannya yang kumuh itu bisa mengantarkan do’anya dia diterima. Tapi kalau makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya yang dipakainya terambil dari barang yang haram, bagaimana bisa dikabulkan doa’nya?

Jadi do’a itu berkaitan erat dengan kesucian jiwa, pakaian dan makanan. Di bulan Ramadhan jiwa kita diasah hingga bersih. Semakin bersih jiwa kita, semakin tulus kita, semakin bersih tempat, pakaian dan makanan, semakin besar kemungkinan untuk dikabulkan do’a.

8. Turunnya Lailatul Qodar
Pada bulan Ramadhan Allah menurunkan satu malam yang sangat mulia. Saking mulianya Allah menggambarkan malam itu nilainya lebih dari seribu bulan (QS. Al-Qadr). Dikatakan mulia, pertama lantaran malam itulah awal al-Qur’an diturunkan. Kedua, begitu banyak anugerah Allah dijatuhkan pada malam itu. Beberapa hadits shahih meriwayatkan malam laulatul qodar itu jatuh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Seperti dirawikan Imam Ahmad, “Lailatul qadar adalah di akhir bulan Ramadhan tepatnya di sepuluh malam terakhir, malam keduapuluh satu atau duapuluh tiga atau duapuluh lima atau duapuluh tujuh atau duapuluh sembilan atau akhir malam Ramadhan. Barangsiapa
mengerjakan qiyamullail (shalat malam) pada malam tersebut karena mengharap ridha-Ku, maka diampuni dosanya yang lampau atau yang akan datang.”

Mengapa ditaruh diakhir Ramadhan, bukan pada awal Ramadhan? Rupanya karena dua puluh malam sebelumnya kita mengasah dan mengasuh jiwa kita. Itu adalah suatu persiapan untuk menyambut lailatul qodar.

Ada dua tanda lailatul qadar. Al Qur’an menyatakan, “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan/ kedamaian sampai terbit fajar. (QS al-Qadr: 4-5)

Malaikat bersifat gaib, kecuali bila berubah bentuk menjadi manusia. Tapi kehadiran malaikat dapat dirasakan. Syekh Muhammad Abduh menggambarkan, “Kalau Anda menemukan sesuatu yang sangat berharga, di dalam hati Anda akan tercetus suatu bisikan, ‘Ambil barang itu!’ Ada bisikan lain berkata, ‘Jangan ambil, itu bukan milikmu!’ Bisikan pertama adalah bisikan setan. Bisikan kedua adalah bisikan malaikat.” Dengan demikian, bisikan malaikat selalu mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal positif. Jadi kalau ada seseorang yang dari hari demi hari sisi kebajikan dan positifnya terus bertambah, maka yakinlah bahwa ia telah bertemu dengan lailatul qodar.

9. Meningkatkan kesehatan
Sudah banyak terbukti bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya, dengan puasa maka organ-organ pencernaan dapat istirahat. Pada hari biasa alat-alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras. Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh memerlukan proses pencernaan kurang lebih delapan jam. Empat jam diproses di dalam lambung dan empat jam di usus kecil (ileum). Jika malam sahur dilakukan pada pukul 04.00 pagi, berarti pukul 12 siang alat pencernaan selesai bekerja. Dari pukul 12 siang sampai waktu berbuka, kurang lebih selama enam jam, alat pencernaan mengalami istirahat total.

Meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli kesehatan, ternyata dengan berpuasa sel darah putih meningkat dengan pesat sekali. Penambahan jumlah sel darah putih secara otomatis akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Menghambat perkembangan atau pertumbuhan bakteri, virus dan sel kanker. Dalam tubuh manusia terdapat parasit-parasit yang menumpang makan dan minum. Dengan menghentikan pemasukan makanan, maka kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan sel-sel kanker tidak akan bisa bertahan hidup. Mereka akan keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.

Manfaat puasa yang lain adalah membersihkan tubuh dari racun kotoran dan ampas, mempercepat regenasi kulit, menciptakan keseimbangan elektrolit di dalam lambung, memperbaiki fungsi hormon, meningkatkan fungsi organ reproduksi, meremajakan atau mempercepat regenerasi sel-sel tubuh, meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh, dan meningkatkan fungsi susunan syaraf.

10. Penuh harapan
Saat berpuasa, ada sesuatu yang diharap-harap. Harapan itu kian besar menjelang sore. Sehari penuh menahan lapar dan minum, lalu datang waktu buka, wah… rasanya lega sekali. Alhamdulillah. Itulah harapan yang terkabul. Apalagi harapan bertemu Tuhan, masya’ Allah, menjadikan hidup lebih bermakna. “Setiap orang berpuasa selalu mendapat dua kegembiraan, yaitu tatkala berbuka puasa dan saat bertemu dengan Tuhannya.” (HR. Bukhari).

11. Masuk surga melalui pintu khusus, Rayyan
“Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang disebut rayyan yang akan dilewati oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, tidak diperbolehkan seseorang melewatinya selain mereka. Ketika mereka dipanggil, mereka akan segera bangkit dan masuk semuanya kemudian ditutup.” (HR.
Bukhari)

Minum air telaganya Rasulullah saw :
“Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya, dan mendapat pahala yang sama tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang lain. Mereka (para sahabat) berkata, ‘Wahai Rasulullah, tidak setiap kami mempunyai makanan untuk diberikan kepada orang yang berbuka puasa.’ Beliau berkata, ‘Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi buka puasa meski dengan sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu…Barangsiapa memberi minum orang yang berpuasa maka Allah akan memberinya minum seteguk dari telagak dimana ia tidak akan haus hingga masuk surga.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi)

12. Berkumpul dengan sanak keluarga
Pada tanggal 1 Syawal ummat Islam merayakan Hari Raya Idhul Fitri. Inilah hari kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu dan syetan selama bulan Ramadhan. Di Indonesia punya tradisi khusus untuk merayakan hari bahagia itu yang disebut Lebaran. Saat itu orang ramai melakukan silahtuhrahim dan saling memaafkan satu dengan yang lain. Termasuk kerabat-kerabat jauh datang berkumpul. Orang-orang yang bekerja di kota-kota pulang untuk merayakan lebaran di kampung bersama kedua orang tuanya. Maka setiap hari Raya selalu terjadi pemandangan khas, yaitu orang berduyun-duyun dan berjubel-jubel naik kendaraan mudik ke kampung halaman. Silahturahim dan saling memaafkan itu menurut ajaran Islam bisa berlangsung kapan saja. Tidak mesti pada Hari Raya. Tetapi itu juga tidak dilarang. Justru itu momentum bagus. Mungkin, pada hari biasa kita sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga tidak sempat lagi menjalin hubungan dengan tetangga dan saudara yang lain. Padahal silahturahim itu
dianjurkan Islam, sebagaimana dinyatakan hadis, “Siapa yang ingin rezekinya dibanyakkan dan umurnya dipanjangkan, hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi! ” (HR. Bukhari)

13. Qaulan Tsaqiilaa
Pada malam Ramadhan ditekankan (disunnahkan) untuk melakukan shalat malam dan tadarus al-Qur’an. Waktu paling baik menunaikan shalat malam sesungguhnya seperdua atau sepertiga malam terakhir (QS Al Muzzammil: 3). Tetapi demi kesemarakan syiar Islam pada Ramadhan ulama membolehkan melakukan terawih pada awal malam setelah shalat isya’ dengan berjamaah di masjid. Shalat ini populer disebut shalat tarawih. Shalat malam itu merupakan peneguhan jiwa, setelah siangnya sang jiwa dibersihkan dari nafsu-nafsu kotor lainnya. Ditekankan pula usai shalat malam untuk membaca Kitab Suci al-Qur’an secara tartil (memahami maknanya). Dengan membaca Kitab Suci itu seseorang bakal mendapat wawasan-wawasan yang luas dan mendalam, karena al-Qur’an memang sumber pengetahuan dan ilham.

Dengan keteguhan jiwa dan wawasan yang luas itulah Allah kemudian mengaruniai qaulan tsaqiilaa (perkataan yang berat). Perkataan-perkataan yang berbobot dan berwibawa. Ucapan-ucapannya selalu berisi kebenaran. Maka orang-orang yang suka melakukan shalat malam wajahnya bakal memancarkan kewibawaan.

14. Hartanya tersucikan
Setiap Muslim yang mampu pada setiap Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat.
Ada dua zakat, yaitu fitrah dan maal. Zakat fitrah besarnya 2,5 kilogram per orang berupa bahan-bahan makanan pokok. Sedangkan zakat maal besarnya 2,5 persen dari seluruh kekayaannya bila sudah mencapai batas nisab dan waktunya. Zakat disamping dimaksudkan untuk menolong fakir miskin, juga guna mensucikan hartanya. Harta yang telah disucikan bakal mendatangkan barakah dan menghindarkan pemiliknya dari siksa api neraka. Harta yang barakah akan mendatangkan ketenangan, kedamaian dan kesejahteraan. Sebaliknya, harta yang tidak barakah akan mengundang kekhawatiran dan ketidaksejahteraan.

baca selengkapnya »»

Selasa, 29 Juni 2010

Rahasia Sukses Dunia dan Akhirat

Orang yang tidak tahu rahasia sukses ini mengatakan,

“Buat apa repot-repot menolong orang lain, bahkan di negara lain, padahal kita sendiri susah?”

Dia tidak tahu rahasia sukses ini! Sayang sekali, padahal sangat ampuh jika mau mengaplikasikannya. Rahasia sukses ini tidak mungkin salah. Bukan hanya sukses di dunia saja, tetapi sukses juga di akhirat. Insya Allah. Mau tahu? Jangan hanya mengetahuinya saja, tetapi juga mengaplikasikannya. Termasuk saya sendiri. Yuk kita pelajari.


Kita akan sukses jika kita mau mengaplikasikannya. Supaya sukses dunia akhirat, ada satu kunci yang harus ada saat mengaplikasikannya, yaitu ikhlas. Tanpa keihlasan, Anda mungkin sukses, tetapi hanya di dunia saja. Tapi jika ingin sukses di akhirat juga, maka keihlasan adalah harga mati. Ikhlas adalah syarat utama sebuah amal mendapatkan balasan dari Allah.

Rahasia-rahasia sukses itu ada pada hadist dibawah ini:

Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami Al A’masy dan Ibnu Numair telah mengkabarkan kepada kami Al A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Barangsiapa meringankan seorang mukmin dari kesulitan di dunia maka Allah akan meringankan baginya kesulitan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa memudahkan bagi seorang yang kesusahan maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di akhirat, dan Allah akan menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya. Barangsiapa meniti jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga, dan tidaklah suatu kaum yang berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, dan mempelajarinya dengan sesama mereka kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dilimpahkan kepada mereka rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan Allah Azza Wa jalla akan menyebut-nyebut mereka di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya. Dan barangsiapa diperlambat oleh amalnya maka tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya.” (HR Ahmad No 7118)

OK, akan saya rangkumkan dibawah ini.
Rahasia sukses itu adalah:

1. meringankan seorang mukmin dari kesulitan di dunia
2. menutupi aib seorang muslim
3. memudahkan bagi seorang yang kesusahan
4. mau menolong saudaranya
5. menuntut ilmu
6. membaca kitab Allah

Tentu saja, masih ada yang lainnya jika kita mau menggali Al Quran dan hadits lainnya.
Apa manfaat dari rahasia sukses diatas?

Berikut adalah rangkuman manfaat dari mengaplikasikan keenam rahasia sukses diatas:

1. Allah akan meringankan baginya kesulitan di hari kiamat
2. Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat
3. Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di akhirat
4. Allah akan menolong
5. Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga
6. Allah akan memberi rahmat

Jika Allah sudah berkehendak, siapa yang akan mampu menghalanginya? Bukankah ini rahasia sukses yang dahsyat?

www.motivasi-islami.com

baca selengkapnya »»

Sabtu, 20 Februari 2010

Kurindu Cahaya-Mu

Gegaris perjalananku yang penuh ranjau
Berliku nan bersimpang siur jejalannya
Menuntut kemampuan diriku menempuh hidup ini
Dengan penuh kental lagi cekal
Segala cabaran yang menghunjam kuteguhkan hadapi jua
Dalam proses mengenal diri memaknakan insani
Kudalam dilemma berbolak hati ini
Antara pahala..dosa.. halal.. haram
Menerobos duniawi yang penuh dengan pancaroba
Kuperlu mengharungi dengan berhati-hati
Agar tidak terkuis dari landasan-Nya
Kemanisan yang dikecapi
Keindahan yang dilalui
Kegembiraan yang dirasai
Tawa yang meniti titian kehidupanku
Hanyalah seketika cuma
Musim bersilih ganti
Dari jahiliyah ke arus madani
Dari kegelapan ke arah nur berkelipan
Dari kesesatan ke titian yang lurus
Dari kekufuran kembali kepada yang Maha Pencipta
Ya Alloh,
Ku tunduk malu pada-Mu
Diari usangku yang penuh calar-balar
Penuh dengan garisan lukisan kehidupanku
Tercalit pelbagai warna-warni
Andai dapatku padam satu persatu
Menjadi kertas putih lagi suci
Mampukah aku??!!
Ya Rohman Ya Rohim
Kumohon pertolongan mengemis keampunan-Mu
Tebalkan imanku, kejapkan kalbuku
Kentalkan pendirianku, padukan fitrahku
Moga kutidak tersasar jauh dari landasan-Mu
Ku menghayati bait kalam al Qur'an
“Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
(kerana kamu) menyuruh berbuat yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Alloh I
Ya Robbal 'alameen,
limpahilah hatiku dengan belas kasihan-Mu,
baik pada siang hari dan malam hari
mahupun pada saat pagi dan petang
waktu daku tidur atau terjaga kecuali mengingati nama-Mu
antara jiwa dan nafasku.
Engkau telah masukkan ke dalam hatiku satu gagasan
bahawa Engkau Maha Suci Robbku,
telah banyak dosa yang daku perbuat dan Engkau mengetahuinya
taburkan titian perjalananku dengan syafaat dari-Mu
moga kuterus istiqomah ke jalan-Mu
Akhiran…
mantapkanku dalam perjuangan hidup untuk mendapat keredhoan-Mu
berikanku petunjuk dalam memilih menilai neraca kebaikan
limpahkanku dengan penawar hati di saat diri dilanda kealpaan
Ya Alloh…
Jadikanlah cahaya dihatiku
Cahaya dilidahku
Cahaya di pendengaranku
Cahaya di penglihatanku
Cahaya dari belakangku
Cahaya di hadapanku
Cahaya di atasku
Dan cahaya di bawahku..
Ya Alloh berilah aku cahaya… ameeen…

baca selengkapnya »»

Kamis, 28 Januari 2010

Titik

apa sih guna titik dalam suatu kalimat?

mungkin setiap kali kita membuat kalimat sama seperti apa yang kita lakukan dalam suatu hal, kita mengakhirinya dengan 'sesuatu'

hanya terkadang apa pula yang menjadi 'sesuatu' itu?

titik bukanlah sebuah awal, titik adalah sebuah akhir

titik bukanlah jeda, titik benar-benar mengakhiri kalimat

titik membri kita waktu untuk kita melihat ke depan apakah kalimat kita sudah benar, untuk melanjutkan ke yang berikutnya lagi

sama seperti hidup, kita pasti ingin mengakhiri sesuatu dengan baik,walaupun awal dan tengah perjalanan hidup yang kita lalui hancur, kita pasti berharap akhirnya baik, dan memang selalu akan baik

titik akan memberikan warna saat kita memulai lagi dengan kalimat berikutnya, memberikan kesempatan untuk kita menghela nafas dan berlari lagi menuju titik yang lain

baik hidup kita, hidupku, hidupmu, hidup mereka, hidup bangsa ini, hidup dunia ini, telah melalui beberapa titik, terkadang kita merasa ini adalah titik yang terakhir, dan ternyata kita masih bertemu dengan titik - titik yang berikutnya

Allah masih beri kita kesempatan, menciptakan banyak titik indah dengan warna-warni yang menggambar kehidupan kita sebelum titik yang terakhir.

inspired by : filosofi spasi by agnes dinar


baca selengkapnya »»

Senin, 11 Januari 2010

WASIAT RASULULLOH DAN ISTIQOMAH

Seorang muslim yang bariman kepada Allah dan hari akhir akan selalu memikirkan masa depan yang abadi yaitu akhirat. Kehidupannya selalu berorientasi akhirat sehingga ia pun menjadikan kehidupannya di dunia sebagai lahan untuk membekali dirinya guna meraih kehidupanya di akhirat. Berbekal diri dengan aktivitas kesalehan merupakan poin kebajikannya yang tak selayaknya dilewatkan, terlebih jika ia termasuk kelompok kaum muslimin yang yang menggeluti ilmu syari’.
Diantara amalan saleh tersebut adalah ibadah-ibadah yang bernilai sunnah. Tentu ini dikerjakan oleh seorang muslim, setelah ia serius dan professional dalam menjalankan ibadah-ibadah yang wajib. Disamping memperbanyak kuantitas amalan-amalan tersebut, hendeknya seorang muslim berusaha untuk menjalankan secara istiqomah. Karena amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang berkelanjutan meski jumlahnya hanya sedikit. Sedikit dan istiqomah lebih baik dibandingkan banyak namun tak berkelanjutan. Begitu pentingnya kontinyuitas (istiqomah) ini sampai Nabi berpesan kepada seseorang seperti hadits berikut:

“An Abii sufyanibni ‘Abdillah rodiyallohu ‘anhu qoola: qultu yaa Rosululloh qul lii fii al-islaami qoulan laa asaluhu ‘anhu ahadan ghairuka qoola : qul aamantu billahi tsummaastaqim (rowwahu Muslim)

Dari Abi sofyan bin Abdullah berkata: Aku telah berkata: “Wahai Rasululloh katakanlah kepadaku pesan dalam islam. Sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau. Nabi menjawab: Katakanlah, ”Aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah (HR.Muslim)


Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang dalam amalan ibadah. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup.
Orang seperti itulah yang dipuji Allah Saw dalam Al-Qur’an surat Fushilat ayat 30:

Inn alladziina qooluu robbunaa allohu tsumma astaqoomuu tatanazzalu ‘alaihimu l malaaikatu alla takhhofu wa laa tahzanuu wa absyiruu bi al-jannati l-latii kuntum tu’adhuun

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “Tuhan kami adalah Allah, “kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ”Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu (QS.Fushilat:30)

Berangkat dari pesan dari Rasululloh dan firman Allah SWT tadi, ada beberapa bentuk ibadah yang layak untuk dilakukan secara baik dan istiqomah, Salah satu contohnya sebagaimana yang disabdakan Nabi SAW kepada Abu Hurairoh:

‘An abii hurarotu rodiyallohu ‘anhu qoola: aushaanii kholiili shalallohu ‘alaihi wa sallam bi tsalaatsati shiyaamin min kulli syahrin wa rak’atai adhuha wa an autara qobla an anaamu

Dari Abu Hurairoh radiyallohu ‘anhu berkata: Kekasihku Rasululloh memberikan wasiat kepadaku dengan tiga perkara: berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan dua rakaat sholat dhuha dan mengerjakan sholat witir sebelum tidur (Muttafaqun ‘alaihi)

Nabi memberikan wasiat khusus ini tidak hanya pada satu orang sahabat. Tercatat ada nama Abu Hurairoh, Abu Dzar dan Abu Darda menunjukan nilai lebih dari wasiat beliau.

Wasiat Dan Urgensinya
Sebuah wasiat biasanya adalah sesuatu yang penting dan punya kekhususan. Demikian halnya wasiat yang terkandung dalam hadist tadi. Apa yang disampaikan Rasululloh di dalamya mengandung karakteristik. Diantarnya :
1. Amalan yang tersebut dalam wasiat termasuk yang mudah untuk dilakukan secara istiqomah. Dalam hadist ini Nabi SAW tidak berpesan kepada Abu Hurairoh utuk melakukan shalat malam kemudian berwitir di akhirnya. Yang beliau wasiatkan adalah mengerjakan shalat witir sebelum tidur. Hal ini tentu lebih mudah untuk dilakukan. Demikian pula Nabi SAW tidak berwasiat untuk berpuasa sehari dan berbuka sehari-seperti puasa nabi Dawud. Mengapa Rasululloh SAW memilihkan hal-hal yang mudah tadi kepada Abu Hurairoh?. Disinilah letak kebijakan Nabi SAW sebagai Murabbi (Pendidik). Beliau memperhitungkan kemampuan dan kondisi orang yang beliau didik. Sebuah wasiat mestinya memperhatikan obyek yang dikenai wasiat, apakah mampu mengerjakan atau tidak, bisa mengrjakan secara berkelanjutan atau mudah tergoyahkan. Metode ini merupakan teladan berharga bagi setiap pengajar, guru, ustadz dan lain-lain ketika memberikan wasiat (pesan/nasehat)

2. Apa yang disampikan oleh Nabi SAW ini membingkai kehidupan setiap muslim dengan amalan ibadah. Baik itu diwaktu siang maupun malam, setiap hari dan bulannya. Ia menutup malamnya dengan melakukan shalat witir dan membukanya dengan melakukan shalat dhuha. Dan tidak berlalu padanya sebulan kecuali ia berpuasa tiga hari.

3. Ibadah yang disebutkan ini tak berkaitan dengan harta dan kekayaan. Dengan begitu tak berbeda antara yang kaya dan yang miskin. Di dalamnya juga berkumpul antara shalat dan puasa, yang keduanya adalah semulia-mulia ibadah badaniyah. Mengerjakan amalan-amalan nafilah (tambahan/sunnah) tersebut akan menambah kesiapan dan kelapangan seorang muslim untuk menjalankan hal-hal yang difardhukan.

PUASA AL-BAIDH
Berpuasa tiga hari setiap bulan termasuk sunnah yang dikuatkan untuk dikerjakan. Yaitu aktivitas yang dikerjakan Nabi SAW dan beliau menganjurkan setiap muslim untuk mengerjakannya. Di samping itu beliau juga menjelaskan bahwa di dalamya ada pahala yang besar. Muadz Al-‘Adawiyah bertanya kepada ‘Aisyah RA apakah Rasululloh SAW tiap bulannya berpuaa tiga hari? Oleh ‘Aisyah di jawab ya, hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.
Dari Abdullah ibnu Amr ibnul’Ash RA dari Nabi SAW bersabda:
“Berpuasa tiga hari setiap bulannya seperti puasa sepanjang tahun (Muttafaqun ‘alaihi)
Hal ini dikarenakan sebuah kebaikan pahalanya dihitung sepuluh kali lipat. Sehingga puasa tiga hari setiap bulannya seperti berpuasa 30 hari. Bila dia berpuasa setiap bulannya dalam setahun maka seolah-olah ia berpuasa sepanjang tahun. Puasa ini dilakukan pada hari-hari Baidh, yaitu pada tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas pada bulan-bulan hijriah. Puasanya sering disebut dengan puasa Al-Baidh.

SHALAT DHUHA
Shalat dhuha termasuk sunnah yang dianjurkan. Nabi SAW telah menganjurkan dan memberikan dorongan sebagaimana dalam hadits diatas. Di dalam shahih Muslim Rasululloh bersabda:

“Setiap paginya, tiap-tiap persendian salah seorang di antara kalian ada sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, dan setiap takbir adalah sedekah, menganjurkan kebaikan adalah sedekah, nahi munkar juga merupakan sedekah, dan mencukupi untuk semua itu dengan melakukan dua rakaat shalat Dhuha.”

Dari pernyataan ini diketahui bahwa setiap persendian manusia ada bagian sedekahnya, caranya adalah dengan berdzikir, amar ma’ruf dan seterusnya. Dan semua sedekah tersebut bisa diraup sekaligus dengan melakukan shalat dhuha dua rakaat.
Perkataan Rasululloh SAW dan dua rakaat Dhuha menunjukkan kemudahan dan keringanan sesuai dengan wasiat. Dua rakaat merupakan jumlah rakaat paling sedikit dalam shalat dhuha. Yang paling sempurna adalah delapan rakaat, sebagaimana yang diberitakan Nabi SAW dalam hadits yang diriwayatkan Ummu Hani di dalam sahih Muslim.

“Dari Zaid bin Arqam RA bahwa Rasululloh SAW bersabda, ”shalat orang-orang yang bertaubat (awwabin) itu dilakukan saat anak-anak unta kepanasan.

Kata awwabin di sini berarti selalu kembali kepada Allah dengan meninggalkan segala dosa, senantiasa mengerjakan kebaikan dan amalan saleh. Waktu shalat yang disebutkan dalam hadits ini adalah ketika cahaya matahari mulai meninggi dan membekaskan panas teriknya matahari dengan seukuran tombak atau lebih, dan akhir waktunya adalah ketika matahari dan panas mulai menyengat lebih kuat.

DISAKSIKAN MALAIKAT
Rasululloh SAW menganjurkan untuk melakukan shalat witir sebelum tidur, hal ini merupakan bentuk keringanan dan juga kehati-hatian, sehingga ketika bangun saat adzan kita sudah melakukannya. Namun apabila kita mampu bangun pada akhir malam, maka witir yang dilakukan pada saat ini lebih afdhal. Sejalan dengan sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jabir bin Abdullah:

“Barangsiapa yang takut tidak bisa bangun pada akhir malam hendaklah ia melakukan shalat witir pada awal malam”

Barangsiapa yang bersemangat untuk melakukan witir di akhir malam hendaknya mengerjakan di akhir malam, karena sesungguhnya shalat di akhir malam itu dipersaksikan, dan itu lebih utama. Bahkan seorang ulama, imam Nawawi, mangatakan bahwa hadits ini merupakan dalil yang jelas. Dalil yang menunjukkan bahwa mengakhirkan shalat witir pada akhir malam lebih utama bagi yang mampu untuk bangun pada akhir malam. Namun bagi mereka yang merasa tidak mampu, maka mengerjakan di awal malam lebih utama.

KESIMPULAN
Amalan yang dianjurkan oleh Nabi SAW sebagaimana hadits dia atas sekalipun ringan (menurut tanggapan manusia tapi besar pahalanya) hendaklah senantiasa dalam koridor al-Qur’an dan sunnah Rasululloh serta istiqomah. Tidak ditambah atau dikurangi. Ketika ibadah atau amalan telah keluar dari kedua sumber tadi maka kita telah tersesat sebagaimana sabda Rasululloh SAW :

“Taraktu fiikum amrain in tammasaktum bihima lan tadhilluu ba’dii kitabullah wa sunnati rasulihi”

“aku telah tinggalkan dua perkara yang apabila kalian berpegang kepada keduanya setelah aku tidak akan tersesat yaitu kitabullah (al-qur’an) dan sunnahnya rasululloh”

Dalam hal ini Allah pun memberikan peringatan dalam al-Qur’an

Fastaqim kama umirta wa laa tatgou

“maka istiqomahlah (dalam ibadah) sebagaimana yang diperintahkan dan janganlah berlebih-lebihan”

Berbagai wasiat yang diperintahkan oleh Rasulullah dalam berbagai haditsnya menunjukkan betapa banyak amalan ibadah yang harus kita lakukakan untuk bekal diakhirat nanti. Namun di sisi lain Rasululloh memberikan rambu-rambu hendaklah amalan tersebut tetap berpijak pada tuntunan yang di contohkan oleh Rasululloh SAW. Rasululloh bersabda :

“man ‘amila amalan laisa amrunaa fahuwa roddun”

“Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada perintah dari kami maka tertolak.”.

Demikialah wasiat-wasiat yang disampaikan Rasululloh kepada kita harus senantiasa dikerjakan sesuai dengan yang diperintahkan oleh beliau, istiqomah dalam mengamalkannya maka pahala besar telah menanti kita di akhirat. Wasalam.

waallahu'alam

baca selengkapnya »»

Minggu, 03 Januari 2010

WAKTU DAN KEHIDUPAN

Setiap manusia tidak bisa lepas dari waktu. Dan kehidupan kita sendiri merupakan untaian waktu. Oleh karena itu, fenomena waktu ini harus kita cermati dengan hati-hati. Mengapa? Karena waktu bisa membinasakan orang yang melalaikannya. Al-waqtu kas saifi, in lam taqtha’hu qathaaka. Waktu ibarat pedang, bila kita tidak memanfaatkannya, maka pedang itu akan menebas kita, begitu kata pepatah Arab.

Waktu adalah sesuatu yang amat penting bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan ini, setelah mengenal ruang tiga dimensi manusia mengenal dimensi waktu. Suatu dimensi yang mengikat kehidupan setiap makhluk yang ada di jagad raya ini. Kemanapun ia pergi waktu akan selalu mengikuti dan menggerogoti usianya.

Pentingnya waktu banyak disinggung oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dengan menggunakan nama-nama waktu untuk bersumpah. Allah menggunakan ungkapan Wadh-Dhuha, Wal-Laili, Wal ‘Ashr, Wal-Shubhi, Wan-Nahari, Wal-Fajri, semuanya merupakan upaya untuk mengingatkan umat Islam agar memperhatikan waktu. Secara khusus Allah SWT berfirman :

”Demi masa (waktu), sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” (QS. Al-Ashr 1-3).



“Wal ‘ashri”, demi waktu, demikian Allah bersumpah kepada manusia dalam rangka mengingatkan manusia dari kewajiban mereka agar beriman, beramal shaleh dan bertaushiyah (saling menasehati). Tidak sedikit orang hidup di dunia ini







hidup dalam kerugian karena menyia-nyiakan waktu untuk mencapai peluang dalam mencapai
kebahagiaan, keselamatan dan kesejahteraan bagi dirinya dalam kehidupan bersama orang lain. Mereka lupa bahwa keberhasilan di dunia adalah ujian Allah SWT, keberhasilan itu sifatnya tidak abadi. Karena mereka lupa akan hal itu, maka mereka berlomba-lomba untuk mencapainya dengan jalan yang tidak diridhoi Allah SWT.

Waktu memiliki tiga karakteristik yang khas. Pertama, sangat cepat berlangsung, sehingga sulit diikuti perubahannya. Banyak manusia yang baru menyadari kesalahannya ketika waktu yang dijatahkan untuknya sudah habis, dan pada saat itulah mereka menyesal. Hal ini Allah ditegaskan dalam firman-Nya,

“Pada saat mereka melihat hari berbangkit (hari kiamat) itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia), melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.”(QS.An-Nazi’at : 46).

Kedua, waktu yang berlalu tidak dapat dikembalikan atau ditukar. Padahal, nilai satu waktu sangat ditentukan oleh pemakainya. Bila ia lalai, maka kesempatannya berkurang atau hilang sama sekali. Bila akibat dari perbuatannya telah datang, ia tidak bisa kembali kepada penyebabnya. Demikian pula ketika hari pembalasan tiba, seseorang tidak akan dikembalikan meski untuk memperbaiki amalnya di dunia. Firman Allah,

”Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata;”Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al Munafiqun 10).

Ketiga, waktu merupakan bagian termahal dari yang kita miliki. Waktu tidak bisa dibandingkan dan dihargai dengan uang, kekayaan, kekuasaan atau atribut duniawi lainnya. Usia manusia adalah satu-satunya saat (waktu) untuk berbuat, menanam dan menumbuhkan. Setelah menjumpai kematian, manusia baru akan memetik hasilnya. Terkait dengan hal ini imam Hasan Bashri mengatakan, “Wahai manusia kamu adalah kumpulan hari-hari. Setiap kali hari berlalu, berlalu pulalah bagian dari umurmu”. Artinya dari waktu ke waktu manusia semakin dekat dengan saat dia menjumpai kematian. Firman Allah Ta’ala,

”Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Munafiqun 11).

Karena dorongan Al-Qur’an dan Sunnah para ulama kita dahulu sangat ketat dalam memelihara waktu. Imam Hasan Bashri mengomentari kehidupan salafusshalih dahulu dengan ucapan, “Aku pernah bertemu dengan suatu kaum yang perhatiannya terhadap waktu lebih besar daripada harta benda.” Beliau juga mengatakan, manusia itu tidak lebih dari gugusan waktu. Setiap kali hilang waktu hidupnya, berarti hilang pula kesempatannya untuk melakukan amal kebaikan.
Para ulama selalu berusaha mengisi setiap detik yang mereka miliki dengan ibadah dan amal shaleh. Mereka akan sangat menyesal bila waktu berlalu begitu saja, tanpa pahala (amal shaleh). Bagi mereka, waktu adalah ibadah. Ini sangat jauh berbeda dengan pandangan para pengagung materi yang mengatakan bahwa waktu adalah uang.

Kewajiban menghargai waktu digambarkan dalam hadits Rasulullah Saw. “Pergunakanlah yang lima sebelum datang yang lima. Pertama, waktu sehatmu sebelum datang saat sakitmu. Kedua, waktu senggangmu sebelum datang kesibukan. Ketiga, masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Keempat, Saat engkau kaya, sebelum jatuh miskin. Kelima, masa hidupmu sebelum datang saat kematianmu.” (HR. Baihaqi)

Di saat sehat, memiliki kelapangan, muda, berharta dan masih hidup, kita memiliki potensi untuk melakukan yang terbaik. Tetapi manakala salah satu faktor tadi terganggu, maka kita kehilangan momentum untuk beramal shaleh. Contoh, apabila kita sakit, upaya kita untuk bekerja atau mencari nafkah bagi kemaslahatan umat akan terganggu. Ketika kita sudah berusia lanjut maka kita akan kesulitan dalam belajar atau menuntut ilmu. Oleh karena itu, lima peluang itu hendaknya dipelihara dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan amal ibadah.

Usia bagi kita adalah suatu kenikmatan dan nanti akan dipertanyakan / diminta pertanggungjawabannya dihadapan Allah SWT pada hari Yaumuddin. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW : “Tidak bergeser telapak kaki seorang manusia pada hari kiamat nanti, sehingga ditanya (diminta pertanggungjawaban) dari empat masalah nikmat; dari perihal umurnya, untuk apa dihabiskannya, dari hal ilmunya, untuk apa diamalkannya, dari hal kekayaannya, dari mana mengusahakannya kepada apa digunakannya, dan dari hal kekuatan fisiknya untuk apa digunakannya”.

Oleh karena itu Rasulullah SAW telah mengajarkan doa kepada umatnya, yaitu doa di saat menyongsong kehidupan, tiap-tiap pagi. Dengan demikian kita akan selalu optimis dalam menyongsong kehidupan waktu-waktu yang akan datang. Doa yang diajarkan beliau yaitu: “Ya Allah yang menciptakan semua langit dan bumi, dan mengetahui apa-apa yang tersembunyi dan apa-apa yang nyata, Tuhan segala sesuatu serta yang memilikinya; aku menyaksikan tiada Tuhan selain Dia, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatan diriku sendiri dan dari kejahatan setan serta sekutunya”.

Kesuksesan dunia akhirat hanya akan dicapai oleh orang-orang yang menghargai waktu, dengan menyegerakan segala kebaikan yang akan diperbuatnya. Karena waktu hidup terbatas dan tidak diketahui kapan berakhirnya, setiap orang harus berusaha semaksimal mungkin untuk memanfaatkan waktu, tanpa menunda pekerjaan yang harus dilakukan. Seorang ulama yang sudah lanjut usia pernah menasehati beberapa pemuda yang masih belia. “Bekerjalah kamu sekalian,sebelum datang saat kamu tidak mampu untuk berbuat. Sebenarnya saya ingin bekerja hari ini, namun saya sudak tidak mampu lagi.”

Khalifah Umar bin Abdul Aziz terkenal dengan kesibukannya yang luar biasa. Beliau menghabiskan wakunya untuk menyelesaikan banyak pekerjaan dan jarang beristirahat. Pada suatu hari, seorang shahabat yang merasa iba melihat kesibukan Khalifah, berkata, ”Wahai Khalifah, tangguhkanlah pekerjaan ini sampai besok !”. Namun dengan tegas Khalifah menjawab, ”Pekerjaan satu hari saja sudah membuatku letih, bagaimana dengan pekerjaan dua hari yang terkumpul menjadi satu?”

Ibnu Atta, seorang ahli hikmah berkata, “ Kewajiban dari tiap-tiap waktu mungkn bisa diganti, tapi hak-hak dari tiap waktu tidak mungkin diganti. Sesungguhnya, setiap waktu yang datang, Allah memberikan kewajiban yang baru kepada dirimu. Bagaimana kamu dapat mengerjakan kewajiban yang lain, padahal hak Allah sebelumnya belum kamu laksanakan?”
Tepatlah perkataan seorang mujahid dakwah asal Mesir, Hasan Al-Banna : “ Kewajiban yang harus dilakukan, lebih banyak dari waktu yang tersedia.”
Setiap manusia akan berpacu dengan waktu. Waktu memang bukan penyebab akhir dari kehidupan. Keterbatasan sel-sel, jaringan dan organ manusialah yang membuat suatu saat mereka harus berhadapan dengan malaikat maut, Izroil.
Sayangnya, banyak manusia yang tidak menyadari keberadaannya dalam waktu. Banyak diantara mereka yang merasa bebas, tiada dibatasi oleh sesuatu apapun. Akibatnya, mereka mempergunakan hidup ini dengan berbagai kegiatan yang tidak bermanfaat bagi kehidupan mereka kelak di akhirat. Bahkan tidak jarang manusia mengisinya dengan berbagai aktivitas yang menghancurkan atau membinasakan dirinya sendiri. Padahal Allah telah berfirman:

“ Tiap-tiap jiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”(QS. Al-Anbiya 35)

Sesungguhnya, Allah memberikan jatah waktu bagi kehidupan manusia untuk diisi dengan amal kebaikan. Tiap rentang waktu akan dilhat seberapa banyak manusia mengisinya. Amal kebaikan ini menjadi pertimbangan utama pada hari akhirat nanti bagi manusia untuk dimasukkan ke suatu tempat bernama Al-Jannah (Syurga). Tempat yang tiada terikat lagi dengan waktu.

“ Sebagai balasan bagi mereka dari sisi Rabb mereka, syurga ‘Adn yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal didalamnya, selamanya.” (QS. Al-Bayyinah 8).

Juga dalam surat Al-Waqi’ah ayat 17, Allah menggambarkan keadaan syurga :

“Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda”. (QS. Al-Waqiyah 17)

Tenggang waktu yang diberikan Allah dimuka bumi ini sangatlah terbatas.

“Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-An’am 60).

Terhadap seklompok manusia (kaum) Allah juga berfirman :

“Tiap-tiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat penundaan atau percepatan sesaat pun”.(QS.Al-A’raf 34).
Dibanding dengan usia alam semesta ini, umur manusia atau umur suatu generasi tiadalah artinya. Keberadaannya bagai kejapan mata. Usia alam semesta kini lebih dari lima belas milyar tahun. Allah berfirman,

“ Katakanlah,”Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhiratitu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.”(QS.An-Nisa :77)

Dengan demikian umat manusia, sebenarnya berhadapan dengan suatu masalah besar, yaitu bagaimana memanfaatkan waktu yang amat singkat ini dengan amal shaleh yang sebanyak-banyaknya. Sementara, kehidupan dunia dengan berbagai perhiasannya sering menjadi faktor yang dapat melalaikan kehidupan mereka. Disinilah manusia seringkali terkecoh, sebagaimana sabda Rasulullah Saw : ”Dua nikmat yang seringkali manusia terkeecoh (tertipu) olehnya, yaitu sehat dan waktu luang.”(HR.Bukhori)
Al-Qur’an banyak melukiskan gambaran manusia yang tertipu oleh kesempatan hidup yang Allah berikan. Firman Allah :

“… Dan berkatalah orang-orang yang zhalim, “Ya Tuhan kami, berilah kami kesempatan (kembali ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.”(Kepada mereka dikatakan),”Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah badhwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?” (QS. Ibrahim : 44)

Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita memperhatikan waktu. Kita harus menyadari bahwa hidup ini amatlah singkat, sehingga membuat kita berdisiplin terhadap waktu, baik yang berkaitan dengan amal shaleh maupun janji-janji.

Diriwayatkan oleh Rasulullah Saw dari lembaran Nabi Ibrahim : “orang yang berakal dan dapat mengendalikan akalnya, seharusnya memiliki empat waktu ; Pertama, waktu untuk beribadah kepada Allah. kedua, waktu untuk introspeksi diri (muhasabah). Ketiga, waktu untuk memikirkan ciptaan Allah. Dan keempat, waktu untuk memenuhi kebutuhan jasmani.” (HR. Ibnu Hibban).

Seorang muslim harus menunaikan kewajibannya secara seimbang, kepada Rabbnya, dirinya, keluarganya, masyarakatnya dan kepada dunia secara umum sebagai bukti pelaksanaan tugasnya sebagai khalifatullah fil ‘ardhi. Semua itu menuntut kemampuan kita dalam menentukan skala prioritas waku untuk kemudian diisi dengan amalan yang telah ditentukan, baik yang wajib maupun yang sunnah.

Wallahu alam bish shawab





baca selengkapnya »»

Kamis, 24 Desember 2009

Sebuah Penantian

Wanita hadir di dunia untuk melengkapi sekaligus menyempurnakan
keindahan. Bukan hadir untuk mengotori apalagi berbuat kerusakan.
Alloh I ciptakan ia dengan segenap sifat-sifatnya yang mulia yang
senantiasa menjaga diri. Malu. Benteng kemuliaan kaum hawa. Kehilangannya
menjadi awal pintu bencana baginya.
Menodai kehormatan diri sendiri bukan sebuah pilihan. Alloh I
telah mengajurkan pada diri kita untuk menjaga iffah (kesucian diri).
Bukan perkara mudah melakukannya, apalagi dihadapkan dengan realita
kehidupan hari ini. Kehidupan yang serba bebas menuntut kita lebih
hati-hati. Pergaulan bebas yang membahana menjadikan hati kita hampir
jatuh mengorbankan diri. Dengan jumlah wanita yang lebih banyak
dari pria menyebabkan diri kita melakukan jalan pintas. Pacaran. Pacaran
yang kini kian marak menjadi alasan dasar untuk melegalkan hubungan
mereka. Dengan alasan menjajaki atau mencari jodoh, mereka
anggap jalan ini lebih selamat. Mendekati zina saja diharamkan, apatah
lagi berpacaran yang hanya berdua saja. Tentu yang ketiga syetan.
Menanti yang relatif lebih lama terkadang menjemukan. Hal ini
yang menyebabkan kebanyakan wanita tidak tahan diri. Kita harus yakin
bahwa jodoh sudah ada di tangan Alloh I. Dia telah mencatat jodoh
kita di lauh al-mahfuz jauh hari sebelum kita diciptakan. Mencari jalan
instant (baca: pacaran) bukan jaminan keselamatan yang didapatkan,
cepat mendapat pasangan, bahkan justru boleh jadi musibah tiada akhir
yang didapatkan. Tak dipungkiri lagi, keinginan untuk bersanding dengan
yang kita cintai senantiasa terindukan. Yang kehadirannya sangat
dinantikan untuk melengkapi diri, menghiasi warna-warni kehidupan.
Jalan menutup diri juga bukan solusi. Hanya pasrah terhadap takdir.
Sedikit agresif agak diperlukan selama tidak melanggar yang syar`i.
Dengan orang tua, kakak, saudara, dan teman (terpercaya) bisa
menjadi pilihan. Jika rasa rindu menikah telah tiba bisa mengutarakan
dengan mereka dan ini lebih terjaga kehormatannya. Bukan hal yang
buruk dan tabu, jika seorang muslimah menawarkan diri kepada pria.
Yang menjadi catatan adalah usaha dan doa kita. Perkara berhasil atau
tidak itu mutlak milik Alloh I. Boleh jadi ia bukan jodoh kita atau Alloh I
telah mempersiapkan yang lebih baik bagi kita. Sehingga apabila telah
tiba masanya nanti ia tidak akan mungkin pergi, lari dari kita. Menyiksa
diri, mengasingkan diri, menyalahkan takdir Alloh I bahkan memasukkan
diri ke lembah pacaran bukan sikap seorang muslimah. Sabar dan
yakin adalah sebuah pilihan terbaik. Meskipun, terkadang, menanti
adalah perkara yang sangat menjemukan Tapi, yakinlah, ada rahasia
rencana Alloh I yang cantik dibalik semua itu.
Wallohu a`lam bishshowab.




baca selengkapnya »»

Kamis, 10 Desember 2009

Bukan Sekedar Cinta

Hambar,
tak berasa. Ia bukan sekedar rangkaian huruf
yang membentuk makna kata yang menyentuh.
Lebih dari itu, indah jika ada sesuatu yang diberikan
kepada apa dan siapa yang dicintai. Bukanlah
cinta jika ia hanya diam seribu bahasa.
Kehadirannya menggerakan jiwa dan hati. Ada
rasa ingin untuk berkorban. Hatinya terdorong untuk
memberikan apa-apa yang ia punya untuk
yang dicintainya. Ia berusaha untuk membuat ia
nyaman dan aman. Dan tidak rela jika ada sesuatu
musibah yang menimpa dirinya. Harapan untuk
memberikan sepenuhnya akan dipertaruhkan.
Cinta bukan karena keindahan, yang nampak
di mata tetapi karena yang menyatukan hati dan
jiwa. Keterpautan hati inilah yang melahirkan sebuah
pengorbanan. Maka dari itu, Ibnul Qoyyim Al
Jauziyyah menjelaskan tentang cinta yang tercipta
dari empat unsur: nur (cahaya), syifa` (obat penawar),
hayah (kehidupan) dan ladzat (kelezatan).
Maka apabila diantara kita pernah merasakan
keempat unsur ini berarti telah jatuh cinta.
Seseorang yang tertarik pada sesuatu dia
akan merasakan kelezatan. Melakukan apapun
untuk yang dicintai dan merasa semua menjadi
benar menurut dirinya. Cinta memberi cahaya sehingga
apapun amalannya menjadi benar atas
nama cinta. Kemudian ia mempunyai energi untuk
berkorban, dan setiap pengorbanan kadang merasakan
sakit, pahit, duka, dan berat, tetapi ia menemukan
obat penawarnya, untuk itu ia merasakan
lezatnya pengorbanan.
Setiap pilihan pasti ada konsekuensi. Demikian
halnya cinta. Ia membutuhkan pengorbanan
yang menjadi bukti kesetiaan. Seperti halnya
pengorbanan seorang Ibrohim ketika harus merelakan
putra tercintanya disembelih, hingga kemudian
Alloh I ganti dengan seekor kambing. Cinta
hampir membuat kita tiada daya. Sebegitu besar
cinta Nabi Ibrohim u kepada Robb-nya, Alloh
I, maka sedemikian besar pula pengorbanan
yang beliau lakukan.
Wallohu a`lam bishshowab.

baca selengkapnya »»