Senin, 11 Januari 2010

WASIAT RASULULLOH DAN ISTIQOMAH

Seorang muslim yang bariman kepada Allah dan hari akhir akan selalu memikirkan masa depan yang abadi yaitu akhirat. Kehidupannya selalu berorientasi akhirat sehingga ia pun menjadikan kehidupannya di dunia sebagai lahan untuk membekali dirinya guna meraih kehidupanya di akhirat. Berbekal diri dengan aktivitas kesalehan merupakan poin kebajikannya yang tak selayaknya dilewatkan, terlebih jika ia termasuk kelompok kaum muslimin yang yang menggeluti ilmu syari’.
Diantara amalan saleh tersebut adalah ibadah-ibadah yang bernilai sunnah. Tentu ini dikerjakan oleh seorang muslim, setelah ia serius dan professional dalam menjalankan ibadah-ibadah yang wajib. Disamping memperbanyak kuantitas amalan-amalan tersebut, hendeknya seorang muslim berusaha untuk menjalankan secara istiqomah. Karena amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang berkelanjutan meski jumlahnya hanya sedikit. Sedikit dan istiqomah lebih baik dibandingkan banyak namun tak berkelanjutan. Begitu pentingnya kontinyuitas (istiqomah) ini sampai Nabi berpesan kepada seseorang seperti hadits berikut:

“An Abii sufyanibni ‘Abdillah rodiyallohu ‘anhu qoola: qultu yaa Rosululloh qul lii fii al-islaami qoulan laa asaluhu ‘anhu ahadan ghairuka qoola : qul aamantu billahi tsummaastaqim (rowwahu Muslim)

Dari Abi sofyan bin Abdullah berkata: Aku telah berkata: “Wahai Rasululloh katakanlah kepadaku pesan dalam islam. Sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau. Nabi menjawab: Katakanlah, ”Aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah (HR.Muslim)


Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang dalam amalan ibadah. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup.
Orang seperti itulah yang dipuji Allah Saw dalam Al-Qur’an surat Fushilat ayat 30:

Inn alladziina qooluu robbunaa allohu tsumma astaqoomuu tatanazzalu ‘alaihimu l malaaikatu alla takhhofu wa laa tahzanuu wa absyiruu bi al-jannati l-latii kuntum tu’adhuun

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “Tuhan kami adalah Allah, “kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ”Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu (QS.Fushilat:30)

Berangkat dari pesan dari Rasululloh dan firman Allah SWT tadi, ada beberapa bentuk ibadah yang layak untuk dilakukan secara baik dan istiqomah, Salah satu contohnya sebagaimana yang disabdakan Nabi SAW kepada Abu Hurairoh:

‘An abii hurarotu rodiyallohu ‘anhu qoola: aushaanii kholiili shalallohu ‘alaihi wa sallam bi tsalaatsati shiyaamin min kulli syahrin wa rak’atai adhuha wa an autara qobla an anaamu

Dari Abu Hurairoh radiyallohu ‘anhu berkata: Kekasihku Rasululloh memberikan wasiat kepadaku dengan tiga perkara: berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan dua rakaat sholat dhuha dan mengerjakan sholat witir sebelum tidur (Muttafaqun ‘alaihi)

Nabi memberikan wasiat khusus ini tidak hanya pada satu orang sahabat. Tercatat ada nama Abu Hurairoh, Abu Dzar dan Abu Darda menunjukan nilai lebih dari wasiat beliau.

Wasiat Dan Urgensinya
Sebuah wasiat biasanya adalah sesuatu yang penting dan punya kekhususan. Demikian halnya wasiat yang terkandung dalam hadist tadi. Apa yang disampaikan Rasululloh di dalamya mengandung karakteristik. Diantarnya :
1. Amalan yang tersebut dalam wasiat termasuk yang mudah untuk dilakukan secara istiqomah. Dalam hadist ini Nabi SAW tidak berpesan kepada Abu Hurairoh utuk melakukan shalat malam kemudian berwitir di akhirnya. Yang beliau wasiatkan adalah mengerjakan shalat witir sebelum tidur. Hal ini tentu lebih mudah untuk dilakukan. Demikian pula Nabi SAW tidak berwasiat untuk berpuasa sehari dan berbuka sehari-seperti puasa nabi Dawud. Mengapa Rasululloh SAW memilihkan hal-hal yang mudah tadi kepada Abu Hurairoh?. Disinilah letak kebijakan Nabi SAW sebagai Murabbi (Pendidik). Beliau memperhitungkan kemampuan dan kondisi orang yang beliau didik. Sebuah wasiat mestinya memperhatikan obyek yang dikenai wasiat, apakah mampu mengerjakan atau tidak, bisa mengrjakan secara berkelanjutan atau mudah tergoyahkan. Metode ini merupakan teladan berharga bagi setiap pengajar, guru, ustadz dan lain-lain ketika memberikan wasiat (pesan/nasehat)

2. Apa yang disampikan oleh Nabi SAW ini membingkai kehidupan setiap muslim dengan amalan ibadah. Baik itu diwaktu siang maupun malam, setiap hari dan bulannya. Ia menutup malamnya dengan melakukan shalat witir dan membukanya dengan melakukan shalat dhuha. Dan tidak berlalu padanya sebulan kecuali ia berpuasa tiga hari.

3. Ibadah yang disebutkan ini tak berkaitan dengan harta dan kekayaan. Dengan begitu tak berbeda antara yang kaya dan yang miskin. Di dalamnya juga berkumpul antara shalat dan puasa, yang keduanya adalah semulia-mulia ibadah badaniyah. Mengerjakan amalan-amalan nafilah (tambahan/sunnah) tersebut akan menambah kesiapan dan kelapangan seorang muslim untuk menjalankan hal-hal yang difardhukan.

PUASA AL-BAIDH
Berpuasa tiga hari setiap bulan termasuk sunnah yang dikuatkan untuk dikerjakan. Yaitu aktivitas yang dikerjakan Nabi SAW dan beliau menganjurkan setiap muslim untuk mengerjakannya. Di samping itu beliau juga menjelaskan bahwa di dalamya ada pahala yang besar. Muadz Al-‘Adawiyah bertanya kepada ‘Aisyah RA apakah Rasululloh SAW tiap bulannya berpuaa tiga hari? Oleh ‘Aisyah di jawab ya, hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.
Dari Abdullah ibnu Amr ibnul’Ash RA dari Nabi SAW bersabda:
“Berpuasa tiga hari setiap bulannya seperti puasa sepanjang tahun (Muttafaqun ‘alaihi)
Hal ini dikarenakan sebuah kebaikan pahalanya dihitung sepuluh kali lipat. Sehingga puasa tiga hari setiap bulannya seperti berpuasa 30 hari. Bila dia berpuasa setiap bulannya dalam setahun maka seolah-olah ia berpuasa sepanjang tahun. Puasa ini dilakukan pada hari-hari Baidh, yaitu pada tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas pada bulan-bulan hijriah. Puasanya sering disebut dengan puasa Al-Baidh.

SHALAT DHUHA
Shalat dhuha termasuk sunnah yang dianjurkan. Nabi SAW telah menganjurkan dan memberikan dorongan sebagaimana dalam hadits diatas. Di dalam shahih Muslim Rasululloh bersabda:

“Setiap paginya, tiap-tiap persendian salah seorang di antara kalian ada sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, dan setiap takbir adalah sedekah, menganjurkan kebaikan adalah sedekah, nahi munkar juga merupakan sedekah, dan mencukupi untuk semua itu dengan melakukan dua rakaat shalat Dhuha.”

Dari pernyataan ini diketahui bahwa setiap persendian manusia ada bagian sedekahnya, caranya adalah dengan berdzikir, amar ma’ruf dan seterusnya. Dan semua sedekah tersebut bisa diraup sekaligus dengan melakukan shalat dhuha dua rakaat.
Perkataan Rasululloh SAW dan dua rakaat Dhuha menunjukkan kemudahan dan keringanan sesuai dengan wasiat. Dua rakaat merupakan jumlah rakaat paling sedikit dalam shalat dhuha. Yang paling sempurna adalah delapan rakaat, sebagaimana yang diberitakan Nabi SAW dalam hadits yang diriwayatkan Ummu Hani di dalam sahih Muslim.

“Dari Zaid bin Arqam RA bahwa Rasululloh SAW bersabda, ”shalat orang-orang yang bertaubat (awwabin) itu dilakukan saat anak-anak unta kepanasan.

Kata awwabin di sini berarti selalu kembali kepada Allah dengan meninggalkan segala dosa, senantiasa mengerjakan kebaikan dan amalan saleh. Waktu shalat yang disebutkan dalam hadits ini adalah ketika cahaya matahari mulai meninggi dan membekaskan panas teriknya matahari dengan seukuran tombak atau lebih, dan akhir waktunya adalah ketika matahari dan panas mulai menyengat lebih kuat.

DISAKSIKAN MALAIKAT
Rasululloh SAW menganjurkan untuk melakukan shalat witir sebelum tidur, hal ini merupakan bentuk keringanan dan juga kehati-hatian, sehingga ketika bangun saat adzan kita sudah melakukannya. Namun apabila kita mampu bangun pada akhir malam, maka witir yang dilakukan pada saat ini lebih afdhal. Sejalan dengan sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jabir bin Abdullah:

“Barangsiapa yang takut tidak bisa bangun pada akhir malam hendaklah ia melakukan shalat witir pada awal malam”

Barangsiapa yang bersemangat untuk melakukan witir di akhir malam hendaknya mengerjakan di akhir malam, karena sesungguhnya shalat di akhir malam itu dipersaksikan, dan itu lebih utama. Bahkan seorang ulama, imam Nawawi, mangatakan bahwa hadits ini merupakan dalil yang jelas. Dalil yang menunjukkan bahwa mengakhirkan shalat witir pada akhir malam lebih utama bagi yang mampu untuk bangun pada akhir malam. Namun bagi mereka yang merasa tidak mampu, maka mengerjakan di awal malam lebih utama.

KESIMPULAN
Amalan yang dianjurkan oleh Nabi SAW sebagaimana hadits dia atas sekalipun ringan (menurut tanggapan manusia tapi besar pahalanya) hendaklah senantiasa dalam koridor al-Qur’an dan sunnah Rasululloh serta istiqomah. Tidak ditambah atau dikurangi. Ketika ibadah atau amalan telah keluar dari kedua sumber tadi maka kita telah tersesat sebagaimana sabda Rasululloh SAW :

“Taraktu fiikum amrain in tammasaktum bihima lan tadhilluu ba’dii kitabullah wa sunnati rasulihi”

“aku telah tinggalkan dua perkara yang apabila kalian berpegang kepada keduanya setelah aku tidak akan tersesat yaitu kitabullah (al-qur’an) dan sunnahnya rasululloh”

Dalam hal ini Allah pun memberikan peringatan dalam al-Qur’an

Fastaqim kama umirta wa laa tatgou

“maka istiqomahlah (dalam ibadah) sebagaimana yang diperintahkan dan janganlah berlebih-lebihan”

Berbagai wasiat yang diperintahkan oleh Rasulullah dalam berbagai haditsnya menunjukkan betapa banyak amalan ibadah yang harus kita lakukakan untuk bekal diakhirat nanti. Namun di sisi lain Rasululloh memberikan rambu-rambu hendaklah amalan tersebut tetap berpijak pada tuntunan yang di contohkan oleh Rasululloh SAW. Rasululloh bersabda :

“man ‘amila amalan laisa amrunaa fahuwa roddun”

“Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada perintah dari kami maka tertolak.”.

Demikialah wasiat-wasiat yang disampaikan Rasululloh kepada kita harus senantiasa dikerjakan sesuai dengan yang diperintahkan oleh beliau, istiqomah dalam mengamalkannya maka pahala besar telah menanti kita di akhirat. Wasalam.

waallahu'alam

Tidak ada komentar: