Kamis, 10 Desember 2009

Bukan Sekedar Cinta

Hambar,
tak berasa. Ia bukan sekedar rangkaian huruf
yang membentuk makna kata yang menyentuh.
Lebih dari itu, indah jika ada sesuatu yang diberikan
kepada apa dan siapa yang dicintai. Bukanlah
cinta jika ia hanya diam seribu bahasa.
Kehadirannya menggerakan jiwa dan hati. Ada
rasa ingin untuk berkorban. Hatinya terdorong untuk
memberikan apa-apa yang ia punya untuk
yang dicintainya. Ia berusaha untuk membuat ia
nyaman dan aman. Dan tidak rela jika ada sesuatu
musibah yang menimpa dirinya. Harapan untuk
memberikan sepenuhnya akan dipertaruhkan.
Cinta bukan karena keindahan, yang nampak
di mata tetapi karena yang menyatukan hati dan
jiwa. Keterpautan hati inilah yang melahirkan sebuah
pengorbanan. Maka dari itu, Ibnul Qoyyim Al
Jauziyyah menjelaskan tentang cinta yang tercipta
dari empat unsur: nur (cahaya), syifa` (obat penawar),
hayah (kehidupan) dan ladzat (kelezatan).
Maka apabila diantara kita pernah merasakan
keempat unsur ini berarti telah jatuh cinta.
Seseorang yang tertarik pada sesuatu dia
akan merasakan kelezatan. Melakukan apapun
untuk yang dicintai dan merasa semua menjadi
benar menurut dirinya. Cinta memberi cahaya sehingga
apapun amalannya menjadi benar atas
nama cinta. Kemudian ia mempunyai energi untuk
berkorban, dan setiap pengorbanan kadang merasakan
sakit, pahit, duka, dan berat, tetapi ia menemukan
obat penawarnya, untuk itu ia merasakan
lezatnya pengorbanan.
Setiap pilihan pasti ada konsekuensi. Demikian
halnya cinta. Ia membutuhkan pengorbanan
yang menjadi bukti kesetiaan. Seperti halnya
pengorbanan seorang Ibrohim ketika harus merelakan
putra tercintanya disembelih, hingga kemudian
Alloh I ganti dengan seekor kambing. Cinta
hampir membuat kita tiada daya. Sebegitu besar
cinta Nabi Ibrohim u kepada Robb-nya, Alloh
I, maka sedemikian besar pula pengorbanan
yang beliau lakukan.
Wallohu a`lam bishshowab.

Tidak ada komentar: