Apabila kita mendengar kata tentang kemuliaan dalam Islam, maka yang terpikirkan adalah sholat tahajjud tiap malam, puasa sunah senin-kamis, shodaqoh jariyah dan lain-lain. Pernahkah terpikir oleh kita, bahwa menyingkirkan rintangan di jalan termasuk bagian dari iman? Coba kita kaji bersama hadits Rosulullah SAW berikut!
”Iman itu sebanyak 73 tingkatan, yang tertinggi adalah ucapan ’Laa illaaha illallaah’, sedangkan yang terendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalan” (HR. Bukhori)
Setelah tahu hadits ini, lalu apa yang kita pikirkan ketika melihat orang-orang yang membuang bungkus makanan di jalan, kebut-kebutan di jalan, pada musim kampanye , knalpot dibuka, malah dicorong biar suaranya lebih keras, padahal kupingnya sendiri disumbat pakai kapas tapi orang lain suruh mendengarkan. Naudzubillah,.....Apakah kita termasuk salah satunya? Apakah kita berpikir iman sudah mulai hilang?
Tidakkah kita tahu bahwa Rosulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlaq.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq” (HR. Malik)
Tentu kita sepakat dengan hadits ini, tetapi bukankah ibadah lebih utama daripada akhlaq? Apakah sekarang kita akan berpikir bahwa akhlaq lebih utama daripada ibadah, seperti sholat, zakat dan puasa, serta ibadah-ibadah yang lain?
”Tiada suatu amalan seorang hamba yang paling berat timbangannya pada hari kiamat melebihi akhlak mulia” (HR. Abu Dawud)
Subhanallah,......”yang paling berat”. Tidakkah kita berpikir, bahwa ibadah dalam arti luas adalah segala hal yang dilakukan dalam rangka mencari ridho Allah SWT. Dapat kita pahami bahwa sesungguhnya akhlaq secara luas lebih esensial daripada (lahiriah) ibadah. Kenapa? Karena semua muara dari ibadah adalah perbaikan akhlaq. Jika tidak, maka ibadahnya hanyalah sebatas primaraga saja. Sebagaiman Firman Allah SWT:
“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar” (QS Al Ankabut: 45)
Jadi, antara ibadah dan akhlaq tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain antara agama dan dunia ini tidak bisa dipisahkan. Kalau kita termasuk orang yang memilah antara agama dan dunia sesuatu yang terpisah, maka akan timbul pemahaman, yang istilah kerennya adalah sekuler.
Sering kita lihat di sekitar kita, ada orang pake jilbab gede, sholatnya rajin, yang laki-laki sholat 5 waktu jama’ah ke masjid terus, puasa sunahnya tidak pernah bolong, tetapi ko’ perangainya jelek ya? Lha ini malah ada orang yang ga’ pake jilbab, sholatnya berling (yen kober lan eling), puasa sunah ga’ pernah, tapi ko’ ramah, suka menolong dan membantu orang kesusahan? Lha ini yang benar yang mana? Apakah ini dari Islam? Apakah kita salah satu dari dua kelompok ini?
Tentu saja tidak! Tetapi sebagian orang berpikir bahwasanya orang Islam yang rajin ibadah itu, jadi orang yang kolot, susah diatur, kasar kepada orang lain. Sampai-sampai banyak orang tua melarang anak-anaknya belajar Islam lebih dalam. Perlu dipahami juga bagi kita yang telah aktif dalam mengkaji Islam dan mendakwahkannya tentang hadits ini:
”Sesungguhnya manusia yang paling jelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang ditinggalkan orang lain karena kejelekannya” (HR Bukhori)
”Lalu bagaimana kalo kita ditinggalkan orang lain, padahal kita tidak berbuat jelek kepada orang lain?” Mungkinkah ini terjadi? Mungkin saja. Ada beberapa sebab yaitu ada yang salah dalam menyampaikan dakwah ini kepada mereka atau memang mereka adalah orang yang tertutup hatinya dari hidayah Allah. Dan yang terakhir ini, bukan kesalahan kita, tetapi orang itu yang bermaksiat kepada Allah. Dan kita tidak perlu berbuat sesuatu yang membuat mereka ridho tetapi Allah murka. Tidak ada kebaikan dalam kemaksiatan terhadap Allah SWT.
Marilah kita perbarui niat ibadah kita, agar ibadah kita memberikan bekas berupa akhlaq yang mulia dalam bermuamalah dengan siapa pun. Tidak saling menghujat sesama muslim karena perbedaan dalam hal-hal furu’ (cabang), itu akan menampakkan bahwasanya Islam memang benar-benar agama yang menjunjug tinggi kemuliaan akhlaq atau sopan santun.
Wallahu’alam bishowab.
Arief Syams
Tidak ada komentar:
Posting Komentar