Cinta memang menjadi pembahasan yang sangat menarik disetiap episode kehidupan manusia. Ialah yang selalu mengukir dalam lembaran sejarah peradaban. Yang selalu memberikan inspirasi di setiap aktivitas. Memberikan peneguh yang tangguh dikala hentakan ujian semakin berat. Ya, cinta yang menimbulkan getaran-getaran dalam jiwa tuk selalu mengiringi perjalanannya. Tanpanya semuanya tiada berarti.
Lalu apa yang mendasari Firaun membunuh seluruh bayi laki-laki yang baru lahir, Zulaika istri Azizi merayu menggoda Yusuf untuk memenuhi keinginannya, Abu Bakar As sidiq menginfakkan seluruh hartanya kepada Rosulullah, Imam Ahmad Bin Hambal rela disiksa demi mempertahankan bahwa Al Quran adalah kalamullah, Sayyid Quthub digantung karena aktivitas dakwahnya dan seorang gadis remaja yang rela memberikan “perhiasannya” demi sang pacarnya. Kita tahu semua itu hanya ada satu kata; cinta. Ya, cinta yang selalu mengalir bersama aliran darahnya yang menghidupkan sendi-sendi semangatnya yang rapuh. Terukir indah di dinding-dinding hati. Cinta yang mengalir lembut, menyenangkan, bersinar dan ceria. Cinta yang menjadikan pula mengalir halus, menyesakkan, berderai, jerih dan badai. Cinta mendorongnya untuk berbuat segalanya demi apa dan siapa yang dicintainya.Ya, itulah cinta yang selalu menuntut pengorbanan. Segala yang kita miliki. Siapkah kita untuk itu??
Cintanya orang mukmin
Penulis masih ingat ketika masih SMA ada –kebanyakan- seseorang siswa yang melontarkan berbagai celaan dan cacian kepada kru Aktivis Rohis yang notabenenya tidak pacaran dengan perkataan yang sinis; Tidak gaul, kolot, ketinggalan jaman, kuno, sok suci, dan sok sok lainnya. Dan mungkin pacaran hari ini sepertinya sudah menjadi sesuatu hal yang “harus” dilakukan. Seolah-olah sudah mendapatkan lebel “halal” dari nafsunya. Sehingga tak sedikit anak muda bebas melakukannya tanpa ada rasa malu dan dosa. Tanpa beban mencela jika ada orang yang menyelisihi dan mengingatkan dirinya. Mereka juga mengira bahwa cinta hanya dimiliki oleh dirinya dan orang-orang pengumbar nafsu lainnya. Yang karena mata hatinya telah tertutupi oleh nafsu cintanya sehingga tak mampu melihat yang lebih jernih. Jangan dikira mereka (orang-orang mukmin) tak memiliki cinta. Akan tetapi sungguh, cinta mereka yang miliki jauh lebih setia, indah, manis, dan tak akan pernah ingkar janji. Karena yang dicintainya adalah kekasih yang selalu memperhatikannya, merindukannya, selalu dekat dengannya, dan senantiasa memenuhi janjinya, yaitu Allah. Ya, Dia satu-satunya kekasih yang sudah mendapatkan tempat istimewa dihatinya, sehingga tak ada tempat lagi untuk cinta selain-Nya. Bukan cinta yang nampak romantis akan tetapi hakekatnya semu penuh dengan kemunafikan dan kedustaan. Dihadapannya menampakkan segala kebaikannya dan menyebunyikan kejelekannya. Bukankah cinta tidak boleh dusta?!
” Ada tiga hal yang apabila terdapat dalam diri seorang hamba ia akan merasakan lezat manisnya keimanan: apabila Allah dan Rasulnya lebih dicintai daripada selain keduanya,....(HR. ........)
Cinta yang berpahala
Cinta tak semua mendatangkan pahala. Maka jadikan cinta itu nyaman dihatimu dan mendatangkan pahala bagimu. Dan semua itu tergantung apa dan siapa yang dicintainya, serta benar tidaknya dalam menempatkannya. Ibarat sebuah api, bila kita benar menggunakannya ia akan bermanfaat bagi kita dan bila salah ia akan bisa jadi menghancurkan bangunan rumah milik kita. Dan kita tahu bahwa bahwa cinta tidak membolehkan ada penduaan. Itu pasti. Karena penduaan sangat dekat dengan kecemburuan. Dan kecemburuan adalah refleksi dari cinta itu sendiri. Ini artinya hanya satu cinta yang harus kita lebihkan atas segalanya. Karena dengan cinta akan mendatangkan pahala atau malah akan mengundang dosa. Mengalihkan cinta dari Allah dan Rasul-Nya merupakan bentuk pengkianatan terhadap cinta kita kepada keduanya. Menodai kemurnian cinta-Nya. Sebagai misal kita punya pacar dan kemudian pacar kita mengalihkan cintanya ke yang lain, bukankah itu merupakan pengingkaran cintanya kepada kita?! Menodai kecintaan pada kita.Lalu dikemanakan cinta kita kepada Allah sekarang?
Cinta sang pejuang
Banyak sejarah mencatat sekian ribu lembaran yang menyaksikan perihal cinta dan perjuangan mereka. Cinta yang dibangun diatas ufuk kemurnian kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya. Kecintaan yang mengukir peradaban kehidupan yang gemilang, kejayaan yang abadi dan uswah (teladan) yang harum bagi generasi setelahnya. Cinta yang tak kan pernah usang, lapuk dan berkarat. Ia akan tetap harum mewangi disetiap daun-daun umur manusia. Selamanya. Ada beberapa kisah cinta pejuang yang kecintaanya masih terukir indah sampai hari ini.
1. Abu Bakar As sidiq
Siapa yang tidak tahu tentang dia. Sejak pertama kali mengucapkan kalimat syahadat, sejak saat itulah ia berbaiat kepada Rasulullah untuk selalu setia bersamanya. Bagaimanapun keadaannya. Hingga suatu ketika kaum muslimin dilanda krisis ekonomi, ia datang kepada Rasulullah dengan seluruh hartanya. Ia infak kan seluruh hartanya kepada Rasulullah untuk kesejahteraan kaum muslimin. Kemudian Rasulullah bersabda: ”Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakr? Allah dan Rasul-Nya, jawabnya. Subnallahu! Cinta yang tulus yang menghenyakkan hati atas keajaiban cintanya.Adakah diksi (kata) lain yang mampu menandingi selain kata cinta?!
2. Imam Ahmad bin Hambal
Suatu kali, kholifah Al Makmun memproklamirkan bahwa Al Qur’an adalah makhluk. Dan semua kaum muslimin harus menuruti dan mengikuti pemikirannya. Siapapun yang mengingkari dia akan mendapatkan siksa. Banyak para ulama ditangkap dan disiksa untuk dipaksa mengucapkan bahwa Al Quran adalah makhluk. Hanya lmam Ahmad satu-satunya ulama yang mampu bertahan dari siksaan hingga detik terakhir. Ia tetap dalam pendiriannya bahwa Al Quran adalah kalamullah. Tak satupun pepatah yang keluar dari mulutnya bahwa Al Quran adalah makhluk. Islam terselamatkan dari cinta lmam Ahmad. Cinta yang murni, tulus dan sejati pada Robbnya, Allah.
3. Hasan Al Banna
Dia adalah seorang aktivis dakwah di Mesir. Seorang tokoh pergerakan yang cita-citanya ingin mengembalikan peradaban yang telah sekian lama menghilang. Merebut kembali kota Yerusalem sebagaimana (Sholahuddin Al Ayyubi dahulu menguasainya) dari pangkuan orang-orang Yahudi. Ia mati ditiang gantungan karena aktivitas dakwahnya dan dituduh pengiriman 1000 pasukan kaum muslimin ke Yerusalem. Ya, semua itu membutuhkan cinta. Cinta yang setia, tulus dan tak kan pernah mengingkari kekasihnya. Cinta yang melahirkan kekuatan hati. Cinta yang menjernihkan ruhnya. Cinta yang mengukir indah di ufuk peradaban sejarah. Saudaraku adakah sisa cinta yang akan kita pertaruhkan kepada Allah. Kekasih yang telah sekian lama kita abaikan. Saudaraku, segera kembalilah kepada cinta sejatimu. Cinta yang akan mengantarkan kita ke jannah-Nya nanti. Insya Allah.
Ya Allah, jadikan cintaku ini hanya milik-Mu semata. Selamanya......
Wallahu a’lam bish showab
Safana alumnus'04
1 komentar:
Cinta?memang bisa membuat orang berubah,yang jauh lebih harus kita waspadai saat ini justru adalah
"Gombal Warming"dari seseorang yang laki-laki yang justru dia sudah tahu tentang agama.karena biasanya dia kata-katanya itu memang syar'i,misalkan kalau sms saja mengingatkan tentang sholat dll.Biasanya ikhwan seperti ini justru berbahaya.Hati-hati ya Saudariku,hati mu terlalu amat lembut untuk disakiti dengan kata-kata palsu mereka.
Posting Komentar