Zaid bin Tsabit ra adalah salah seorang shohabat nabi saw yang di beri dua kemuliaan, yaitu dengan ilmunya dan menjadi shohabat nabi saw. Beliau adalah penulis wahyu Al-Qur'an, guru para qari' dan mufti di madinah. Beliau diperintahkan oleh rosulullah untuk mempelajari bahasa ibrani, dan beliau pula yang pertama kali mengumpulkan Al-Qur'an pada masa khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq ra
Beliau pernah menulis surat kepada Ubay bin Ka'ab ra yang isinya sebagai berikut :
"Amma ba'du... Sesungguhnya Alloh menjadikan lisan itu sebagai gambaran hati. Dan hati sebagai bejana dan pemimpin. Lisan akan bergerak sebagaimana yang ditunjukkan hati. Jika hati yang menguasai lisan, maka ia akan berbicara dengan baik dan teratur. Dan tidak ada kesempatan bagi lisan untuk khilaf dan salah.
Dan tidak ada kelembutan bagi yang hatinya tidak sesuai dengan lisannya.
Jika seseoran membiarkan lisannya berbicara semaunya, tanpa ada bimbingan di hatinya, niscaya ia telah menjerumuskan dirinya sendiri. Jika seseorang mau menimbang perkataannya dengan perbuatannya, tentulah perbuatannya akan bersesuaian dengan perkataannya.
Disebutkan bahwa tidaklah engkau menjumpai seseorang yang kikir, melainkan ia gemar berbicara dan murah dalam berbuat, namun pelit dalam menyumbangkan hartanya. Hal itu di karenakan lisannya telah menguasai hatinya.
Di sebutkan bahwa engkau tidak akan menjumpai kemuliaan pada diri orang yang tidak menjaga tutur katanya. Ia terus-menerus berbicara semaunya, padahal ia mengetahui bahwa saat berbicarah, ia harus menjaga tutur katanya.
Pemeluk islam akan senantiasa berada dalam kebaikan selama generasi pertama (shohabat) masih hidup dan generasi berikutnya mau belajar kepada mereka. Jika generasi pertama telah wafat dan generasi setelahnya belum belajar dari mereka, saat itulah pemeluk islam menemui kebinasaannya"
(Kanzul Ummal, XVI/219 nomor 4424)
berdasar surat tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa keadaan hati kita dapat di telaah dari ucapan yang keluar dari mulutnya. Ibarat jika kita ingin melihat isi teko tentu kita tidak perlu membuka tutupnya, cukup di tuangkan saja kita sudah tahu apakah isinya. Bahkan dalam wawancarapun bisa ketahuan watak dan isi hati kita. Mungkin temen-temen di psikologi lebih tau hal ini.
bahkan Rosulullah saw bersabda " barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam. HR Bukhori-Muslim
jadi bagi seorang mukmin itu ada dua pilihan berbicara yang baik atau diam. Agaknya pepatah diam itu emas juga ada kekeliruan, karna diam juga bisa menjadi batu kerikil tak berguna jika kita melihat kedzaliman dan maksiat jika diam saja, juga jika kita memiliki ilmu yang bermanfaat namun diam saja.
Bercanda juga merupakan sesuatu yang baik, apalagi di lakukan dengan keluarga, anak istri misalnya. Dan insyaAllah itu bernilai ibadah jika niat kita benar dan isinya tidak keluar dari kebenaran.
Jadi kawan, hati-hatilah dalam menjaga lisanmu, bisa jadi lisanmu mengokohkan hatimu, bisa jadi pula mengikis hatimu. Bisa jadi lisanmu mengantarmu ke surga, bisa jadi pula mendorongmu terjerumus ke neraka.
Waallahu a'lam bishowab
dari berbagai sumber
"Alloohumma inni as alukal huda wattuqaa wal 'afaafa wal ghina
Ya Alloh, sungguh aku mohon kepada-Mu semoga Engkau berkenan memberikan petunjuk, ketaqwaan, kehati-hatian, dam perasaan cukup"
aa' wirabumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar