Kamis, 04 Desember 2008

ALL OUT ( bagian 2)

Setelah memahami cakupan ibadah pada artikel sebelumnya, sekarang mari kita memasuki inti dari nya, bagaimanakah kita bisa beribadah secara all out, totalitas tidak setengah-setengah. Semua itu ada kuncinya. ibarat rumah, jika kita ingin memasukinya tentu kita memerlukan kunci.,

Kunci dari ibadah adalah niat, niat bukan sekedar ucapan nawaytu ( saya berniat). Lebih dari itu,lebih dari itu, ia adalah dorongan hati seiring futuh (pembukaan ) dari Allah swt. Kadang ia mudah dicapai, tapi kadang-kadang ia juga sulit. Seseorang yang hatinya di penuhi dengan urusan din, akan mendapatkan kemudahan dalam menghadirkan niat untuk berbuat baik. Sebab jika hati telah condong kepada pangkal kebaikan, iapun akan terdorong untuk cabang-cabang kebaikan.

Sebaliknya orang yang hatinya dipenuhi dengan kecenderungan kepada gemerlap dunia, akan mendapatkan kesulitan besar untuk mencapainya.. bahkan dalam mengerjakan yang wajib sekalipun. Untuk menghadirkan niat yang baik, ia harus bersusah payah.

sebuah hadist mahsyur yang sering kita dengar dan kita jumpai, bahkan mungkin kita di tugasi guru-guru kita untuk menghafalkannya, karena pentingnya hadist tersebut
Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” HR Bukhori-Muslim


Ini adalah hadist pertama dalam kitab riyadush shaolihin dan dalam Arba’in karya iman Nawawi. Karena pentingnya hadist ini sehingga di letakkan di awal kitab tersebut.
Niat adalah kunci dari segala amal ibadah kita, bahkan sholat kita bisa tidak bernilai ibadah jika niat kita salah. Orang munafik itu juga sholat tetapi hatinya terbang kemana-mana. Apakah diterima sholatnya?. Niat membedakan antara amalan ibadah dan amalan kebiasaan. Jika berhubungan dengan ibadah ritual maka ia membedakan antara ibadah yang satu dengan yang lain.

Lalu bolehkah berniat ganda? Misalnya niat untuk dunia dan akhirat? Pada dasarnya amal ibadah hanya diniatkan untuk meraih kenikmatan akhirat. Namun terkadang diperbolehkan beramal dengan niat untuk tujuan dunia disamping berniat untuk tujuan akhirat, dengan syarat apabila syariƔt menyebutkan adanya pahala dunia bagi amalan tersebut. tetapi amal yang tidak tercampur niat untuk mendapatkan dunia memiliki pahala yang lebih sempurna dibandingkan dengan amal yang disertai niat duniawi.
Lalu apa ruginya jika kita melakukan amalan dunia disertai niatan akhirat. Niatkan segala amal perbuatan kita untuk beribadah kepada Allah, niatkan belajar untuk beribadah kepada Allah, niatkan bekerja untuk ibadah, makan maupun minumpun niatkan untuk beribadah kepada Allah
Niat kita boleh bener, tapi jangan lupa amal kita juga kudu bener. Jangan mencontoh robin hood yang katanya perampok budiman. Mau menolong orang tapi dengan merampok. Itu salah. Misal gini kita pedagang kita berniat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang memang perintah Allah, dan kita tahu itu perintah Allah kemudian kita niatkan untuk beribadah kepada Allah. Tapi ketika berdagang kita malah mengurangi timbangan, ini salah. Awalnya amalan ahli surga tetapi prosesnya amalan ahli neraka.
Jadi niat dan cara itu harus klop jangan bertentangan, niatnya bener caranya juga harus bener. Cara termudah adalah tauladani rosulullah dalam keseharian beliau, mungkin kondisi kita tidak sama persis dengan kondisi rosulullah, tapi kita bisa mengambil esensi nya, islam adalah akhlak dan amal terhubung dengan akhlak, bagaimana akhlak kita ketika bekerja, belajar dan sebagainya. Kita tentu sadar atau tidak sadar pasti tahu mana yang baik dan mana yang salah. Sesungguhnya yang haq itu jelas dan yang batil itu jelas.
Allah Swt berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” QS 3: 191

Ayat ini adalah penggambaran posisi-posisi manusia yaitu berdiri, dan duduk, berbaring.hendaklah kita senantiasa mengingat Allah dalam keadaan apapun, dalam keadaan senang maupun susah, lapang maupun sempit.

Setelah membaca secarik tulisan ini semoga kita tersadar dan paham bahwa amal ibadah kita itu tidak terbatas pada ibadah ritual saja seperti sholat, puasa dan haji. Tetapi paham bahwa setiap gerak-gerik kita memiliki potensi ibadah, potensi untuk mendulang pahala sebanyak-banyaknya, potensi untuk memberatkan timbangan amal kita di akhirat nanti. Semoga kita selalu berkata Lillahdalam setiap amalan kita, niat ikhlas karena Alloh semata. amin

Sumber : kitab tazkiyatun nafs

Waallahua’lam bisshowab

Allaahumma inni as alukal huda wattuqaa wal ‘afaafa wal ghinaa
Ya Allah sungguh aku memohon kepada-Mu semoga engkau berkenan memberikan petunjuk, ketaqwaan , kehati-hatian dan perasaan cukup. Amin (HR. Muslim)

aa’ wirabumi


Tidak ada komentar: