PEMUDA ATAU BEBEK
By Abdul Ghofur
By Abdul Ghofur
Lihatlah, menjelang pergantian tahun suasana biasanya menghangat. Untuk akhir tahun sudah berapa penghibur asing yang diundang ke negeri ini, dengan bayaran sangat tinggi tentunya, barangkali memang orang Indonesia begitu haus akan hiburan bak gula disarang semut berbagai pertunjukkan mahal itu tetap dibanjiri penonton yang justru didominasi oleh pemuda. Hingar-bingar pergantian tahun itu semakin menggelegar karena beberapa toko di negeri ini sudah turun salju, musik-musik gerejani dikumandangkan, kuping masyarakat Islam dibuai dengan suasana natal dan para pemuda Islam benar-benar dibius dengan indahnya madu Valentine Day. Dan apa yangv terjadi dengan pemuda Islam ? Sungguh kasihan karena mereka kebanyakan bernasib seperti bebek.
Mereka hanya mengikuti arus besar yang mengalir di dalam masyarakat.Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia bingung menentukan sikap,gamang,dan bias. Ia hanya mengikuti pendapat umum saja, tanpa tahu alasannya ”kenapa saya mengikuti acara tahun baru, valentine day, mengucapkan selamat natal ”misalnya. Apa yang menjadi pendapat umum seolah sudah pasti benar dan wajib diikuti tanpa ada filter yang jelas. Mudahnya dikatakan pemuda Islam sekarang seperti kemana angin berhembus kesanalah kapal berlayar, tidak punya prinsip.Kemanapun masyarakat melangkah disitu pemuda mengalah.Benar-benar lemah. Hal ini persis apa yang disabdakan Rosululloh ”Sungguh kamu akanmengikuti tatacara orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal,sehasta demi sehasta. Bahkan seandainya mereka masuk ke dalam lubang biawakpun tentu kamu akan mengikutinya. Kami ( para sahabat ) bertanya ,”wahai Rosululloh apakah mereka itu yahudi dan nasrani”Beliau menjawab,”siapa lagi kalau bukan mereka”( HR.Bukhori).
Tuntutan telah berubah menjadi tontonan, sebaliknya tontonan menjadi tuntunan. Etika pergaulan dan sikap hidup para pemuda telah berkiblat pada barat dan televisi. Sedangkan Al-Qur’an dan As-Sunnah diletakkan dibelakang. Perkataan para ulama disepelekan bahakan menjadi bahan guyonan, sedangkan perkataan para peramal dan dukun zodiak dianggap sesuatu yang sakral dan paling benar. Rosululloh para sahabat, dan orang-orang sholih tidak lagi menjadi figur teladan tetapi mereka lebih memilih para artis, olahragawan, pemusik pengamen, dan pelawak menjadi idola. Bagaimana peradaban Islam bisa bangkit sedangkat pemudanya bermental bebek seperti ini?sungguh payah.
Jadilah Dirimu Sendiri
Yang harus diperhatikan seorang pemuda adalah keteguhan ia menjaga sebuah kebenaran. Ia harus tetap menjaganya sekuat yang ia bisa. Meski kebenaran itu seperti bara api yang panas, ia tetap harus di genggaman. Sepakat
Tetaplah menjadi dirimu sendiri. Meski semua orang menentang, selama kita dalam petunjuk Alloh dan Rosul-Nya, tentulah itu tidaklah menjadi sesuatu yang memberatkan. Ia hanyalah sebuah badai kecil yang akan hilang tatkala kita tetap teguh dengan prinsip yang engkaui pegang. Bukankah ada pepatah mengatakan ”badai pasti berlalu”.
Memegang prinsip kebenaran walaupun seperti memegang bara adalah merupakan cita-rasa kenikmatan tersendiri. Ia tidak akan dirasakan oleh orang yang ”collaps” dan tidak berpendirian. Ia hanya bisa dinikmati oleh orang yang memegang prinsip kebenaran walaupun ia harus menanggung segunung beban, mengarungi selaut halangan dan rintangan, ditimpa selangit hujan cobaan dan ujian, dan sebumi badai fitnah yang menggodanya. Semakin keras cobaan menghadang semakin nikmet terasa. Karena pada dasarnya murninya kadar kita apakah emas ataukah loyang hanya bisa diukur dengan beratnya cobaan yang menerpa.
Mudah-mudahan kita adalah pemuda-pemuda yang tahu kenapa kita hidup dan untuk apa kita hidup serta tahu dengan apa kita harus mengisi hidup, sebab kita tidak ingin menjadi ”bebek-bebek” kehidupan yang hanya mengikuti sesuatu tanpa adanya ilmu. Bukankah setiap pemuda harus mampu memimpin dirinya sendiri dan umat secara umum dan bukankah sorang pemuda harus mempumyai bekal ilmu yang benar dan keyakinan yang mantap terhadap Alloh dan Rosul-Nya dalam rangka mengajak umat kepada petunjuk Ar-Rahman. Sebab bila ia tidak berilmu, maka ia akan masuk ke dalam kubangan ”ikut-ikutan dan ”meniru-niru” budaya orang kafir tiada akhir.Ia hanya mengikuti sesuatu yang tidak jelas. So, sekarang beranikah anda mengatakan ”say no to budaya kafir”. Hee..he…pake bahasa gado-gado……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar